Perbudakan Substansial
Banyak sekali bentuk perbudakan yang terjadi di dunia ini, baik itu perbudakan pada saat masa imperealisme, maupun pada saat pasca terjadinya imperealisme. Semua orang sadar, tahu, paham apa yang dimaksud dengan perbudakan, tapi kenapa mayoritas umat manusia sampai saat ini masih diperbudak dengan berbagai hal, seperti harta, waktu,dan nilai ujian?. Pada saat ini, arti dari perbudakan tidaklah seklasik pada saat terjadinya imperealisme di belahan bumi, di mana bangsa Barat melakukan ekspansi, penjajahan, sekaligus memaksakan manusia yang berada pada daerah jajahannya untuk bekerja sesuai apa yang diinginkan oleh mereka. Saat ini arti perbuadakan sudah didefinisikan cukup luas. Secara garis besar perbudakan itu sesuatu yang menyebabkan manusia kehilangan kemerdekaannya, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung, baik itu terlihat oleh mata, maupun secara kasat mata, secara sadar, maupun tidak sadar. Sebetulnya perbudakan yang dimaksud disini adalah perbudakan yang bersifat substansial. Asalkan itu sudah membelenggu kebebasan manusia dapat dinamakan perbudakan, tanpa harus melihat objek yang memperbudak. Perbudakan secara substansial ini sifatnya relatif, tergantung siapa yang menafsirkan, bisa saja menurut satu orang itu adalah perbudakan, tapi menurut orang lain bukan perbudakan.
Bentuk perbudakan Substansial yang paling nampak dalam kehidupan sehari-hari ada 3:
1) Perbudakan Nilai Ujian
Perbudakajan ini sering terjadi dikalangan pelajar, mahasiswa (D II, D III, S1, S2, S3). Perbudakan ini sering terlihat secara jelas pada saat ujian berlangsung, bentuknya contek-mencontek, kerja sama pada saat ujian, dll. Mereka meganggap bahwa nilai ujian itu adalah segalanya, walaupun secara lisan mereka mengatakan nilai ujian tidak penting, tapi secara praktek yang mereka perlihatkan menandakan bahwa mereka sangat mementingkan nilai, dan juga diperbudak oleh nilai. Dikatakan di perbudak karena mereka menempuh jalan yang salah dalam memeperoleh nilai tersebut. Jika mereka ingin tidak diperbudak dengan nilai, seharusnya mereka tidak usah mencontek pada saat ujian, bisa atau tidak bisa mengerjakan soal, mereka kerjakan sendiri. Atau jika ingin mendapat nilai yang maksimum, seharusnya sebelum ujian meraka belajar dengan sunguh-sungguh agar apa yang meraka inginkan bisa tercapai. Secara tidak langsung orang yang melakukan contek-mencontek merasa nilai bagus itu lebih penting dari pada moral, perilaku, atau etika. Seakan-akan nilai bagus itu telah menjadi Tuhan baru bagi mereka. Masih bisa dimaklumi orang diperbudak oleh orang, dari pada orang diperbudak oleh sesuatu yang hanya bisa membahagiakan pada sementara waktu, tapi pada suatu saat itu akan merugiakan orang lain dan dirinya.
2) Perbudakan Waktu
Perbudakan ini sering dilakukan oleh orang-orang yang suka menggunkan waktu sebebas-bebasnya. Mereka menganggap bahwasannya merekalah yang memperbudak waktu, tapi hakikatnya merekalah yang diperbudak oleh waktu. Perbudakan waktu akan berdampak beberapa tahun mendatang, dan tidak bisa diketahui pada saat ini. Dan itu merupakan sesuatu yang tidak diketahui oleh manusia. Contoh yang paling mudah dan paling terlihat adalah pengangguran, baik pengangguran terdidik, maupun pengangguran tidak terdidik. Pengangguran merupakan contoh yang paling nampak dari perbudakan waktu, sebab mereka menganggur karena dulu mereka tidak dapat memperbudak waktu, tapi jusru merekalah yang diperbudak oleh waktu.
Demikian pila orang yang hanya menghabiskan waktunya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tanpa ada keinginan untuk membantu orang lain padahal ia mampu untuk memebantu orang lain. Hal inilah yang menjadikan seseorang diperbudak oleh waktu. Bolehlah seseorang bekerja keras asalkan ketika ada waktu luang bisa membantu, dan tidak bersifat apatis tehadap orang lain.
3) Perbudakan Harta
Perbudakan ini sering terjadi dikalangan para pekerja, baik pekerja kantoran, pabrik, dll. Mereka menganggap harta adalah segala-galanya, bahkan ada pendapat yang lebih ekstrim bawasannya harta itulebih penting dari pada Tuhan yang selama ini meraka sembah. Harta sudah menjadi Tuhan bagi masyrakat modern pada saat ini. Semua orang pergi dari rumah sejak pagi sampai malam semata-mata karena harta, orang tua menyekolahkan anaknya semata-mata agar kelak bisa menbcari harta. Sebenarnya jika kita mau menelaah maukah kita diperbudak oleh harta?, bukankah seharusnya kita yang memperbudak harta?. Kebanyakan orang pada zaman modern ini tidak mementingkan kebersamaan, yang mereka pentingkan bagaimana harta mereka senantiasa bertambah, tanpa memperdulikan orang lain. Seharusnya seseorang mencari harta tidak semata-mata untuk dirinya sendiri, tapi dalam harta tersebut terdapat hak orang lain yang membutuhkan.
Disini ditekankan pula jangan sampai harta membuat seseorang lalai untuk berintraksi dengan orang lain disekitar. Karena bagaimanapun juga manusia itu adalah zoon politicon, artinya antara satu orang dengan orang lain saling membutuhkan. Boleh mencari harta sebanyak-banyaknya asal tanggap terhadap kebutuhan sosial, serta dengan mencari harta yang banyak bukan berarti seseorang apatis terhadap permasalahan orang lain.
Dengan adanya tulisan ini diharapkan bisa mengubah pola pikir manusia yang selama ini dijadikan pedoman manusia dalam menjalani kehidupannya. Tidak seharusnya kita diperbudak oleh nilai, waktu, dan harta. Tapi kitalah yang harusnya memperbudak mereka. Dengan adanya nilai, waktu, dan harta yang dimilki oleh seseorang, hendaknya ia bisa memanfaatkan apa yang ia punya untuk kepentingan orang lain.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda