Juara World Cup 2018, Pengaruh Mentalkah?

Kejuaraan sepak bola dunia atau yang
sering kita dengan world cup merupakan ajang sepak bola yang
ditunggu-tunggu oleh sebagian besar kalangan di belahan dunia, mulai dari benua
Amerika hingga benua Australia. Pada tahun 2018 ini kejuaraan sepak bola dunia
diadakan di Rusia. Banyak pihak yang menggadang-gadang dan menebak, tim mana
yang akan berhasil menjuarai kompetensi sepak bola paling bergengsi ini.
Jerman, Brazil, Argentina, Spanyol, dan Portugal merupakan tim-tim unggulan
yang diprediksi akan menjadi juara, namun mereka justru tersingkir dengan
cepat, baik dipenyisihan grup maupun dibabak 16 besar. Tim dengan predikat “under
dog” seperti Kroasia justru melangkah secara mengejutkan dan masuk ke babak
final mengawal raksasa Eropa, yaitu Prancis.
Hal menarik yang sering
diperbincangkan para penggemar bola di tahun 2018 ini adalah persoalan mental.
Karena mental bagus Inggris, Perancis, Kroasia, dan Belgia masuk ke babak semi
final. Benarkah faktor mental begitu berpengaruh dalam kejuaraan sepak bola?
Khususnya kejuaraan piala dunia yang diselenggarakan di Rusia saat ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Iindonesia (KBBI), mental merupakan
“sebuah watak yang memiliki kemauan keras.” Melihat pengertian ini sebenarnya
setiap tim dari berbagai negara tentunya memiliki kemauan keras untuk bisa
mengangkat trophy piala dunia pada laga final dan semua berambisi untuk bisa
menang dengan mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan, tetapi mengapa
faktor ini begitu dominan untuk dijadikan tumbal bahan obrolan kalah menangnya
tim pasca pertandingan baik oleh komentator bola maupun khalayak umum?
Terkadang beberapa orang
salah memahami arti mental dalam sebuah pertandingan bola, semisal dalam
percakapan berikut.
“Waduh tadi malam Serbia kalah 0-2 sama Brazil.”
“Serbia kalah mental tuh lawan Brazil, soalnya Brazil udah 5 kali
juara dunia. Serbia mah apa, boro-boro juara dunia, lolos kualifikasi piala
dunia aja udah jadi keajaiban.”
Arah percakapan diatas benarkah
tertuju pada arti mental yang sesungguhnya atau mental dalam pengertian
prestasi? Bisa juga mental dalam dialog diatas diartikan sebagai pengalaman
menang dalam berbagai pertandingan. Jika benar percakapan diatas tertuju pada
kata mental, berarti dialog tersebut telah salah secara makna, namun apabila
kata mental diartikan sebagai prestasi dan pengalaman bertanding, tentunya
tidaklah tepat karena mempunyai arti yang jauh berbeda.
Bisa difahami apabila prestasi dan
pengalaman bertanding berpengaruh terhadap mental, namun keduanya tidak bisa
diartikan pada kata tersebut. Sebagian orang mungkin tidak peduli dengan hal
ini, namun perlu kiranya dibedakan agar tidak menimbulkan salah paham ketika
berkomunikasi.
Berbicara juara sepak bola dunia
tentunya tidak hanya mengenai faktor mental. Mental hanyalah salah satu faktor
penentu juara. Banyak faktor yang mungkin lebih vital dari pada masalah mental,
seperti stategi, kesiapan materi, kerja sama antar tim yang solid, komunikasi
efektif dari pelatih ke pemain, manajemen tim, dll.
Semua faktor diatas sangat
menentukan kejuaran piala dunia tahun 2018 ini. Beberapa pengamat tentunya
sudah memprediksi tim mana yang akan menjadi juara, namun faktanya biarlah si
kulit bundar yang berbicara dan memilih tim mana yang akan mengangkat trophy di
Rusia nanti, entah itu Prancis atau Kroasia.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda