Sabtu, 25 Agustus 2018

Momo Si Kucing Rakus




Image result for kucing rakus

            Sore hari, seorang bocah 12 tahun sedang bersama seekor kucing. Dia tampak senang karena hewan kesayangannya yang lucu sedang menjilat-jilat kakinya. Tak lama kemudian si kucing mengeong.
“Meong... Meong...” Suara unyil si kucing Persia terdengar merdu.
            “Unyil lapar ya? Aduh kasihan... Sini Dinda kasih makan dulu.”
            Dinda menaruh whiskas di piring plastik. Tempat yang digunakan unyil untuk makan setiap hari. Dengan cepat unyil memakan whiskas dari Dinda.
            “Lucunya kamu nyil... Makan yang banyak ya biar gemuk...” Dinda mengelus bulu si Unyil.
            Begitulah setiap sore, Dinda memberi makan Unyil sekaligus mengajaknya berbicara. Dia tidak tahu selama ini kucingnya memahami apa yang dia katakan.
                                                                        ****
            Pagi hari, saat semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Seekor kucing anggora bernama Pussy bermain ke rumah Dinda. Disana hanya ada mba Ani seorang pembantu yang bekerja disana. Dia mengeong memanggil Unyil.
            “Hai Sy... Kamu habis ngapain?” Unyil keluar dari rumah.
            “Hai Nyil... Aku baru aja dari taman, tadi habis main sama kupu-kupu. Kamu habis ngapain?”
            “Oh... Tadi aku tiduran bentar.”
            “Ya ampun Nyil, masa pagi-pagi udah tidur.” Pussy tertawa terpingkal-pingkal.
            “Hehe. Soalnya ngantuk. Aku bosen nih. Jalan-jalan ke kebun yuk...?
            Tiba-tiba, mba Ani keluar dari rumah.
            “Eh ada Pussy...”
            Mba Ani mengeluarkan whiskas dan menaruhnya di depan Pussy dan Unyil.
            “Ini buat Unyil sama Pussy.”
            Mba Ani tersenyum melihat dua kucing lucu sedang makan dengan lahab dan juga dia mengelus bulu mereka yang lembut seperti kain sutra. Tidak lama kemudian mba Ani kembali ke dalam rumah.
            Saat Pussy dan Unyil asyik makan, Momo si kucing liar datang dengan wajah galak.
            “Hei kalian!!!”
            Pussy dan Unyil menoleh kaget. Momo mendekati makanan mereka.
            “Kalian berdua makan kok enggak bagi-bagi?! Aku laper, sana minggir!”
            Momo mengusir Pussy dan Unyil. Matanya menatap tajam mereka berdua. Tidak hanya itu, Momo juga menggertak, hingga mereka berdua takut dan mundur menjauh. Tanpa merasa bersalah, Momo memakan whiskas dengan lahab hingga habis.
            “Aiiigh.” Momo bersendawa karena kekenyangan.
            Pussy dan Unyil menatap Momo dengan heran. Tak disangka Momo begitu rakus, merebut sekaligus menghabiskan semua makanan mereka.
            “Hei kalian berdua!”
            Yang dipanggil menoleh kaget karena dibentak.
            “Iya kalian berdua, dipanggil malah bengong.”
            “A...A...ada ap...apa?” Unyil menjawab terbata-bata karena ketakutan.
            “Kalian masih punya makanan enak?!” Tanyanya ketus.
            “E...Enggak Mo. Makanan lain disimpan sama majikanku.”
            “Jangan bohong! Awas kalo aku nemu makanan di sekitar sini, kamu bakalan aku...” Momo menunjukkan cakar kukunya yang tajam. Hidungnya mengendus-endus sekitar, berharap masih ada makanan yang bisa disantapnya.
            “Haha. Aku mencium bau enak.”
            Aroma ayam goreng begitu menusuk hidung. Pussy dan Unyil juga mencium aroma sedap dari rumah. Sayangnya, kucing anggora dan kucing Parsia tidak mau makan sembarangan, mereka hanya mau makan whiskas. Lain halnya dengan kucing liar, mereka terbiasa makan apa saja yang mereka temukan.
            “Aku mau ayam goreng.”
            Momo menjilati lidahnya dan menuju ke rumah Dinda. Dia menuju ke sumber aroma yang berada di meja makan. Dengan cepat dia mengambil satu paha ayam yang sudah digoreng. Mba Ani kaget dan berteriak sambil mengejar Momo, sayangnya dia terlalu cepat dari pada gerakan mba Ani. Momo melesat keluar dengan cepat dan segera memakan paha ayam goreng itu di depan Pussy dan Unyil.  Mba Ani keluar rumah dan melihat Momo yang sedang asyik makan hanya bisa menggelengkan kepala.
            “Dasar kucing liar, awas ya kalo berani nyuri makanan lagi!? Ujarnya kesal, lalu kembali ke rumah.
            “Aigh...” Untuk kesekian kalinya Momo bersendawa.
            Pussy dan Unyil lagi-lagi hanya bisa melihat Momo dengan perasaan sebal namun takut. Tanpa perasaan bersalah Momo pergi dan berkata,
            “Udah dulu ya? Besok aku kesini lagi. Haha.”
            Unyil dan Pussy mendengus membiarkan Momo pergi, berharap dia tidak kembali lagi kesini besok.
****
             Malam hari, ayah dan ibu Dinda mengeluh rumahnya banyak sekali tikus berkeliaran.
            “Kalau begini caranya, kita harus memasang racun tikus di rumah.” Ujar ayah Dinda.
            “Iya yah, sebaiknya kita pasang racun tikus aja. Ibu Dinda mencoba menyetujui usul sang ayah.
            Ayah Dinda mengambil racun tikus dan memasang racun itu disekitar rumahnya. Ada yang ditaruh di kolong meja makan, dekat kamar mandi, dan tempat-tempat lain. Saat itu Unyil tidur, sehingga tidak tahu kalau ayah Dinda memasang racun tikus, namun sesekali Unyil bangun kemudian memejamkan mata kembali.
****
            Keesokan hari Pussy dan Unyil bermain sama-sama. Seperti kemarin, Mba Ani keluar memberikan makan kepada mereka, lagi-lagi Momo datang merebut makanan itu. Pussy dan Unyil cemberut. Seolah ingin membentak Momo, sayangnya mereka tidak berani karena takut akan keberingasan dan keganasannya.
            “Makanan ini sungguh enak. Aku mau ke rumah majikanmu ya Nyil? Siapa tahu ada makanan lezat disana. Haha.”
            Momo lari dengan cepat menuju dapur dan mencari makanan disana, sayangnya belum ada. Mba Ani sedang mencuci baju di kamar mandi sehingga tidak tahu keberadaannya. Saat sedang mencari makan, dia mencium bau seperti makanan di kolong meja makan.
            “Wah, ada permen jatuh. Kayaknya enak nih... Makan ah.”
            Seperti kelaparan, Momo memakan permen itu. Tidak sampai tiga menit dia telah menghabiskan makanan itu dan keluar kemudian bercerita pada Pussy dan Unyil, bahwa permen di kolong meja sangat enak rasanya. Momo tidak tahu bahwa permen yang dimakan adalah racun tikus.
            Tak lama setelah bercerita, tiba-tiba kepala Momo terasa pusing sekali. Perutnya terasa mual, dan tiba-tiba mulutnya mengeluarkan cairan putih. Dia menjerit-jerit kesakitan,  namun Pussy dan Unyil hanya diam karena bingung. Momo meronta-ronta kesakitan, namun beberapa detik kemudian tubuhnya kaku dan tidak bernafas lagi. Pussy dan Unyil mendekat berusaha menolong, tetapi sia-sia. Momo sudah mati karena kerakusannya sendiri.
TAMAT

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda