Khutbah Idul Adha: Ibadah Kurban dan Kesalehan Sosial
السلا م عليكم ورحمة الله وبركاته
ان الحمد لله نحمده و نستعينه و
نستغفره و نعوذ بالله من شرور انفسنا و من سيئات اعمالنا من يهده الله فلا
مضل له و من يضلله فلا هادي له
اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له و اشهد ان محمدا عبده و رسوله
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
ياايها الناس اوصيكم و اياي بتقوى
الله فقد فاز المتقون – قال تعالى- ياايها الذين ءامنوا اتقوا الله حق
تقاته ولا تموتن الا و انتم مسلمون – ياايها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم
من نفس واحدة و خلق منها زوجها و بث منهما رجالا كثيرا و نساء واتقوا الله
الذي تساءلون به والارحام ان الله كان عليكم رقيبا – ياايها الذين ءامنوا
اتقوا الله و قولوا قولا سديدا – يصلح لكم اعمالكم و يغفرلكم ذنوبكم ومن
يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما
Puji syukur hanyalah milik Allah,
Dzat yang telah memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan bagi kita semua.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Besar, Nabi Muhammad saw, panutan
hidup terbaik bagi umat manusia.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib
berwasiat kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama'ah kesemuanya untuk
senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah ta'ala, yakni dengan
cara senantiasa menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahi al-Hamd Jamaah Shalat Idul
Adha Rahimakumullah!
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Setiap tanggal 10 Dzulhijjah,
masyarakat Muslim merayakan Hari Besar Idhul Adha atau Hari Raya Idul Qurban
dengan cara menyembelih hawan sembelihan, seperti sapi, lembu, onta, kambing,
dan domba bagi yang mampu. Terkadang ibadah kurban dalam Islam kerap disejajarkan
dengan persembahan sesuatu (sacrifice) kepada Tuhan selain Allah atau
Dewa guna menciptakan harmonisasi antara alam, manusia, dan Tuhan. Hal ini
tidaklah benar. Al Quran menggambarkan ibadah kurban ini sebagai salah satu
ibadah yang paling tua bagi manusia. Nabi Adam pernah menyuruh Habi dan Qabil
untuk menyerahkan kurban (persembahan) mereka, namun kualitas kurban mereka
berbeda. Sebagai seorang peternak, Habil memberikan kurban yang palik baik
berupa domba muda gemuk. Dia berharap bahwa kurbannya diterima Allah SWT,
sedangkan Habil yang berprofesi sebagai petani gandum justeru mempersembahkan
gandum dengan kualitas terburuk. Maka Allah menerima kurban Habil dan menolak
kurban Qabil. Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah Q.S Al Maidah ayat
27:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Artinya:
Ceritakanlah kepada mereka kisah
kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua
(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil):
"Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah
hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahi al-Hamd Jamaah Shalat Idul
Adha Rahimakumullah!
Selain menunaikan ibadah kurban, masyarakat
juga menyelenggarakan rangkaian ibadah lainnya. Mulai dari puasa sunah, shalat
id, hingga melantunkan bacaan takbir, tasbih, dan tahmid untuk mengagungkan
kebesaran Allah ta'ala. Ritual tahunan ini tidak hanya sarat makna bagi
peningkatan kualitas kesalehan individual, akan tetapi juga bagi pengokohan
kesalehan sosial.
Hal ini ditandai dengan pembagian
daging kurban kepada warga sekitar, terlebih bagi masyarakat yang kurang mampu.
Tidak sedikit, binatang kurban juga dikirim ke daerah-daerah yang dilanda
bencana. Selain sebagi bentuk ibadah, pengiriman binatang kurban tersebut juga
untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang hingga sekarang masih berduka
menghadapi bencanana alam. Dari rangkaian ibadah di bulan Dzulhijjah ini, kita
berharap, masyarakat Muslim dapat menguatkan kesalehan individual sekaligus
kesalehan sosialnya.
Lebih dari itu, pembelajaran dari
ritual tahunan tersebut kita harapkan juga dapat meningkatkan solidaritas antar
sesama anak bangsa. Sudah barang tentu, bentuk dan wujudnya bisa beragam sesuai
dengan kebutuhan yang ada. Sebagai misal, dalam beberapa dekade terakhir, kita
banyak menemukan organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan. Mereka fokus
membantu sesama, entah di bidang pendidikan, ekonomi, maupun kesehatan.
Tujuannya jelas, agar orang lain dapat terbantu dari kesulitan yang sedang
mereka hadapi. Jenis bantuannya pun beragam. Bisa lewat uang, petisi, maupun
tenaga.
Meskipun ibadah kurban dalam ajaran
agama hanya diperintahkan setahun sekali, namun spirit pengorbanan di dalamnya
perlu senantiasa dihidupkan. Salah satunya ialah lewat gerakan-gerakan yang
diinisiasi oleh lembaga-lembaga sosial di atas. Hal ini membuktikan bahwa
kebaikan bisa diberikan dengan beragam cara, termasuk dengan mengulurkan tangan
bagi yang membutuhkan. Saling bekerja sama dalam kebaikan, tenggang rasa, serta
mengalahkan egoisme pribadi. Kesemuanya ini merupakan bentuk lain dari
pengorbanan. Sederhana tapi bermanfaat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahi al-Hamd Jamaah Shalat Idul
Adha Rahimakumullah!
Pada awalnya, ibadah kurban diperintahkan
kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail melalui
mimpi yang benar (ru’yah shadiqah) selama tiga malam. Menurut Ar Razi
dalam kitab Mafatihul Ghaib, perintah ini pada awalnya merupakan ujian
bagi keimanan dan ketaatan (amr al ibtila’), bukan perintah hukum (amr
tasyri”). Adapun tujuannya ialah untuk menguji kesungguhan orang yang diuji
dan meneguhkan ketinggian martabatnya dalam menaati Allah.
Syaikh
Abdullah al-Harari (1906-2008) dalam kitab Tafsir Hadaiq al-Ruh wa
al-Raihan menjelaskan bahwa perintah ini merupakan puncak ujian yang berat,
baik bagi Nabi Ibrahim ataupun Ismail yang pada waktu itu berusia 13 tahun.
Tidak hanya pedih bagi seorang ayah, akan tetapi juga perih bagi seorang anak.
Hanya saja, berbekal ketaatan kepada Allah ta'ala, kedua hamba mulia
tersebut ikhlas menerima perintah tersebut.
Sebagaimana diabadikan kisahnya dalam
al-Qur'an, ketika Nabi Ibrahim as mulai membaringkan Ismail untuk dikurbankan,
maka Allah swt menggantikan sembelihan tersebut dengan seekor domba. Kepasrahan
dan ketaatan Nabi Ibrahim as kepada perintah telah terbukti, meskipun harus mengorbankan
sesuatu paling berharga yang dimilikinya. Penggalan kisah ini sebagaimana dalam
firman Allah ta'ala dalam surat al-Shaffat ayat 106-108:
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلْبَلَٰٓؤُا۟ ٱلْمُبِينُ(106)
وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107)
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى ٱلْءَاخِرِين (108)
Artinya: “Sesungguhnya ini benar-benar suatu
ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Dan Kami abadikan untuk Ibrahim pujian di kalangan orang-orang yang datang
kemudian.” (Q.S. al-Shaffat: 106-108)
Kisah ini menjadi suri tauladan yang baik bagi
umat manusia bahwa ketaatan kepada Allah ta'ala tidak dapat diduakan. Kita
harus berani dan rela menunaikan perintah agama, meskipun harus dengan sesuatu
yang berharga dan kita cintai. Sebagi misal, kita harus rela mengeluarkan
sebagian rezeki kita untuk dizakatkan atau diinfakkan. Selain menjadi bukti
kesalehan individual, menginfakkan harta benda yang kita miliki juga merupakan
bentuk nyata kesalehan sosial.
Secara lebih luas lagi, hal ini dapat kita
maknai bahwa berusaha mengendalikan ego, mengutamakan kepentingan masyarakat
yang lebih luas, tidak tamak dan rakus merupakan bentuk lain dari ibadah. Di
mana kita mampu mengendalikan hawa nafsu, serta mampu menyembelih sifat-sifat
buruk yang kita miliki. Dalam kehidupan sehari-hari, hikmah dari ibadah kurban
di atas semestinya tercermin dalam sikap kita. Bentuk nyatanya ialah sikap rela
berkorban, simpati dengan penderitaan orang lain, dan tenggang rasa antar
sesama. Selain itu juga saling hormat-menghormati meskipun memiliki perbedaan
suku, ras, agama, dan antar golongan (SARA).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahi al-Hamd
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah!
Selain sebagai bentuk ketaatan, ibadah kurban
juga menjadi momen penting untuk meneguhkan kembali rasa empati. Di mana kita
rela menyisihkan harta yang kita miliki untuk berbagi. Harapannya, ritual
tahunan kurban juga membekas dalam kehidupan sehari-hari di selain bulan Dzulhijjah.
Di sebelas bulan yang lain, semangat berbagi dari ibadah berkurban harus
senantiasa kita jalankan.
Jika kita sadari, perintah untuk saling
berbagi dan membantu tidak lain adalah cara nyata manusia untuk mendapatkan
kebahagiaan hakiki. Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dimungkiri bahwa dalam
hidup, manusia pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karenanya, tidak sepantasnya
jika memelihara sikap individualistik. Merasa paling benar ataupun paling
berkuasa, serta merasa bisa mengerjakan semuanya sendirian. Oleh karena itu,
penting kiranya selalu kita tumbuh kembangkan sikap saling menyayangi dan
menghormati antar sesama.
Dalam salah satu riwayat hadis disebutkan:
Artinya: Diriwayatkan dari Abdillah bin 'Amr
bin al-'Ash ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Orang-orang yang penyanyang
akan disayangi oleh Allah yang Maha Penyayang. Maka sayangilah makhluk yang ada
di bumi, niscaya makhluk yang ada di langit akan menyayangimu.” (H.R.
al-Baihaqi)
Kita akan sangat senang jika ada orang lain
membantu di saat kita sedang kesulitan. Begitu juga sebaliknya. Orang lain yang
kita bantu akan merasa sangat berterima kasih di saat kita memiliki rasa
perhatian kepada mereka. Inilah salah satu dasar penting untuk mewujudkan
kebaikan kepada sesama.
Sebagai masyarakat yang dikenal sebagai bangsa
yang religius, sudah seharusnya semangat ibadah kurban ini kita pahami. Hidup
di tengah masyarakat yang terdiri dari beragam suku, ras, agama dan
kepercayaan, semangat rela berkorban dan tenggang rasa perlu kita tumbuh
kembangkan. Dengan upaya ini, kita berharap agama dapat menopang dan mengokohkan
keragaman Indonesia. Ritual ibadah akan mendorong terbentuknya
individu-individu yang memiliki kualitas kesalehan tidak hanya dalam level
individual semata, akan tetapi juga dalam kehidupan sosial kesehariannya. Semoga
Allah ta'ala senantiasa membimbing langkah kita. Amin ya rabbal 'alamin.
Marilah di akhir khutbah Idul Adha ini kita
bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan khusyuk dan penuh
pengharapan, agar ibadah kita diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta hidup
kita meraih kebaikan hakiki di dunia dan akhirat dalam rengkuhan ridha dan
karunia-Nya.
.اللهم صل على محمد و على أله وأصحابه أجمعين ياأرحم الرحمين
اللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات
والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات, اللهم أرنا الحق حقا وارزقنا
اتباعه وارناالباطل باطلا وارزقنااجتنابه,
ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا
ربنا ولا تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا, ربنا ولا تحملنا
ما لا طاقة لنا به واعف عنا واغفر لنا وارحمنا أنت مولانا فانصرنا على
القوم الكافرين,
ربنا أتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار, ربناعليك توكلنا واليك أنبنا واليك المصير, والحمد لله رب العالمين
والسلا م عليكم ورحمة الله وبركاته
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda