Asian Games 2018: Galang Perbedaan Menuju Indonesia Berkemajuan
Saat pembukaan Asian Games 2018,
mungkin banyak yang menangis haru dan bangga karena tidak menyangka bahwa
Indonesia mampu memupuk semangat nasionalisme dalam perhelatan pesta olah raga
terbesar se-Asia. Sayapun termasuk orang yang terharu dalam pembukaan tersebut.
Pasalnya, ditengah hiruk-pikuk politik, kita bersama-sama menyatukan dukungan
agar Indonesia berhasil menyelenggarakan Asian Games 2018 dengan lancar
sekaligus bisa mengibarkan panji-panji merah putih ketika setiap cabang
perlombaan selesai, artinya para atlet Indonesia dapat meraih medali baik itu
emas, perak maupun perunggu.
Menurut
saya, hal yang paling kentara saat Asian Games 2018 ini adalah semangat tinggi
menjunjung Bhineka Tunggal Ika, walaupun mereka semua berbeda tapi tetap
bersatu padu demi mengsukseskan Asian Games bersama-sama. Tak peduli asal-usul
mereka, entah dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, NTB, NTT, dan
Bali. Mereka semua fokus melepaskan ambisi politik sesaat. Begitu juga para
atlet sibuk berlatih demi memberikan sumbangsih untuk negara tercinta.
Rasa nasionalisme yang besar dibuktikan oleh
Edgar Xavier Marvelo. Atlet asal DKI Jakarta ini berhasil menyumbangkan perak
pertama bagi Indonesia. Kemenangan Edgar Xavier Marvelo memberikan inspirasi
bagi atlet lain, alhasil beberapa waktu kemudian Defia Rosmaniar, seorang atlet
asal Bogor menyumbangkan emas pertama bagi Indonesia. Kemenangan tersebut
memberikan nuansa tersendiri bagi rakyat Indonesia. Begitu banyak media massa
yang meliput, jutaan status facebook, twitter, WA, instagram, dan media sosial
lain mengucapkan selamat sekaligus terus mendoakan agar para atlet lain yang
belum bertanding bisa memberikan persembahan terbaik untuk negeri tercinta ini.
Inspirasi
kemenangan selanjutnya ditunjukan oleh tim bulu tangkis beregu, walau tim
Indonesia hanya mampu mempersembahkan medali perak dan kalah 1-3 dari China
saat final, tetapi semangat dari para atlet bulu tangkis benar-benar patut
diacungi dua jempol. Semuanya memberikan permainan terbaik. Entah itu Jonathan
Cristie, ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo-Marcus Gideon, ganda putra
Muhammad Rian-Fajar Alfian, dan Ihsan Maulana Mustofa. Momen dramatis membuat
jutaan penduduk Indonesia meneteskan air mata kala Antoni Ginting berlaga
melawan Shi Yuqi. Meskipun kakinya kram
dan cendera, dia tetap memaksakan diri bermain dengan kaki pincang hingga
terjatuh tak mampu lagi bermain. Setelah bertanding melawa Shi Yuqi, Antony
Ginting segera dilarikan ke rumah sakit agar cedera yang dialami bisa segera
tertangani. Beruntung saat pertandingan individu keadaannya sudah membaik dan
berhasil memberikan medali perunggu untuk Indonesia, sedangkan rekan-rekannya
yaitu Jonathan Cristie berhasil mendapat medali emas, Kevin Sanjaya-Marcus
Gideon juga berhasil mendapat medali emas, dan terakhir pasangan ganda Fajar
Alfian-Muhammad Rian mendapat medali perak.
Seluruh
atlet bulu tangkis dari daerah yang berbeda-beda bersatu. Jonathan Cristie
(atlet asal Jakarta), Antoni Ginting (atlet asal Cimahi), Kevin Sanjaya
Sukamuljo (atlet asal Banyuwangi), Marcus Gideon (atlet asal Jakarta), Fajar
Alfian (atlet asal Bandung), dan Muhammad Rian (atlet asal Bantul), semuanya berlomba-lomba memberikan kado untuk
Indonesia setelah merayakan hari ulang tahun kemerdekaan yang ke-73.
Begitu
pula atlet-atlet lain, putra terbaik dari berbagai macam daerah dengan beragam bahasa
bersatu demi satu kata “Indonesia.” Sesaat sebelum closing Asian Games 2018, di
berbagai macam stasiun TV maupun di media massa disebutkan bahwa akhirnya
Indonesia berhasil menempati urutan keempat dengan raihan sebanyak 31 medali
emas, 24 perak, dan 43 perunggu, sehingga total medali yang didapat Indonesia
sebanyak 98 medali. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara
yang masuk kedalam 5 besar perolehan medali. Negara-negara Asia Tenggara lain seperti
Thailand berada diperingkat 12, Malaysia peringkat 14, Vietnam peringkat 17,
Singapura peringkat 18, Filipina peringkat 19, Kamboja peringkat 24, dan Laos
peringkat 31. Torehan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
sebenarnya mempunyai kesempatan besar untuk bersaing dengan negara-negara lain.
Tidak hanya dalam olah raga saja, melainkan juga dalam sektor ekonomi, pendidikan,
politik, dsb. Asalkan, semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat
benar-benar serius memajukan Indonesia.
Satu
momen yang menurut beberapa orang seperti keajaiban dunia ialah saat Bapak
Prabowo Subianto dan Bapak Joko Widodo berpelukan bersama memeluk Hanifan
Yudani Kusumah setelah atlet tersebut berhasil meraih medali emas dalam cabang
olah raga pencak silat. Hanifan yang berasal dari Bandung tak hanya berhasil
meraih medali emas, namun juga berhasil mendinginkan suasana politik Indonesia.
Dia menunjukkan kepada publik bahwa diantara Bapak Prabowo dan Bapak Joko
Widodo tidak ada perseteruan apapun. Konstelasi politik pada pilpres 2019
berjalan dengan normal dan damai, walau mereka berbeda dalam haluan politik
setidaknya mereka menunjukkan kepada khalayak bahwa mereka bersaing dalam
persabatan. Masyarakat tak perlu saling curiga apalagi terlibat adu fisik yang
tentunya bisa menimbulkan kerugian bagi semua pihak.
Sungguh
pemandangan yang luar biasa melihat para atlet Indonesia bermain demi
mengharumkan negara mereka. Dari berbagai macam cabang olah raga yang mendapat
medali emas, perak, dan perunggu, saya ucapkan selamat dan terus berikan yang
terbaik untuk Indonesia. Bagi para atlet yang belum mendapatkan medali,
teruslah berlatih dan berjuang, kesempatan masih panjang. Jadikan pengalaman
bermain di Asian Games ini sebagai batu loncatan untuk terus bisa berkarya.
Akhir
kata, dengan berakhirnya Asian Games 2018 ini, mari bersama-sama kita
mewujudkan Indonesia berkemajuan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, sekaligus
kita tunjukkan bahwa dengannya Indonesia bisa santun, arif, dan toleran dalam
bernegara serta berbangsa.