Senin, 03 September 2018

Asian Games 2018: Galang Perbedaan Menuju Indonesia Berkemajuan

Saat pembukaan Asian Games 2018, mungkin banyak yang menangis haru dan bangga karena tidak menyangka bahwa Indonesia mampu memupuk semangat nasionalisme dalam perhelatan pesta olah raga terbesar se-Asia. Sayapun termasuk orang yang terharu dalam pembukaan tersebut. Pasalnya, ditengah hiruk-pikuk politik, kita bersama-sama menyatukan dukungan agar Indonesia berhasil menyelenggarakan Asian Games 2018 dengan lancar sekaligus bisa mengibarkan panji-panji merah putih ketika setiap cabang perlombaan selesai, artinya para atlet Indonesia dapat meraih medali baik itu emas, perak maupun perunggu.
                Menurut saya, hal yang paling kentara saat Asian Games 2018 ini adalah semangat tinggi menjunjung Bhineka Tunggal Ika, walaupun mereka semua berbeda tapi tetap bersatu padu demi mengsukseskan Asian Games bersama-sama. Tak peduli asal-usul mereka, entah dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, NTB, NTT, dan Bali. Mereka semua fokus melepaskan ambisi politik sesaat. Begitu juga para atlet sibuk berlatih demi memberikan sumbangsih untuk negara tercinta.
                 Rasa nasionalisme yang besar dibuktikan oleh Edgar Xavier Marvelo. Atlet asal DKI Jakarta ini berhasil menyumbangkan perak pertama bagi Indonesia. Kemenangan Edgar Xavier Marvelo memberikan inspirasi bagi atlet lain, alhasil beberapa waktu kemudian Defia Rosmaniar, seorang atlet asal Bogor menyumbangkan emas pertama bagi Indonesia. Kemenangan tersebut memberikan nuansa tersendiri bagi rakyat Indonesia. Begitu banyak media massa yang meliput, jutaan status facebook, twitter, WA, instagram, dan media sosial lain mengucapkan selamat sekaligus terus mendoakan agar para atlet lain yang belum bertanding bisa memberikan persembahan terbaik untuk negeri tercinta ini.
Image result for Defia Rosmaniar naik podium asian games 2018
                Inspirasi kemenangan selanjutnya ditunjukan oleh tim bulu tangkis beregu, walau tim Indonesia hanya mampu mempersembahkan medali perak dan kalah 1-3 dari China saat final, tetapi semangat dari para atlet bulu tangkis benar-benar patut diacungi dua jempol. Semuanya memberikan permainan terbaik. Entah itu Jonathan Cristie, ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo-Marcus Gideon, ganda putra Muhammad Rian-Fajar Alfian, dan Ihsan Maulana Mustofa. Momen dramatis membuat jutaan penduduk Indonesia meneteskan air mata kala Antoni Ginting berlaga melawan  Shi Yuqi. Meskipun kakinya kram dan cendera, dia tetap memaksakan diri bermain dengan kaki pincang hingga terjatuh tak mampu lagi bermain. Setelah bertanding melawa Shi Yuqi, Antony Ginting segera dilarikan ke rumah sakit agar cedera yang dialami bisa segera tertangani. Beruntung saat pertandingan individu keadaannya sudah membaik dan berhasil memberikan medali perunggu untuk Indonesia, sedangkan rekan-rekannya yaitu Jonathan Cristie berhasil mendapat medali emas, Kevin Sanjaya-Marcus Gideon juga berhasil mendapat medali emas, dan terakhir pasangan ganda Fajar Alfian-Muhammad Rian mendapat medali perak.
Related image
                Seluruh atlet bulu tangkis dari daerah yang berbeda-beda bersatu. Jonathan Cristie (atlet asal Jakarta), Antoni Ginting (atlet asal Cimahi), Kevin Sanjaya Sukamuljo (atlet asal Banyuwangi), Marcus Gideon (atlet asal Jakarta), Fajar Alfian (atlet asal Bandung), dan Muhammad Rian (atlet asal Bantul),  semuanya berlomba-lomba memberikan kado untuk Indonesia setelah merayakan hari ulang tahun kemerdekaan yang ke-73.  
                Begitu pula atlet-atlet lain, putra terbaik dari berbagai macam daerah dengan beragam bahasa bersatu demi satu kata “Indonesia.” Sesaat sebelum closing Asian Games 2018, di berbagai macam stasiun TV maupun di media massa disebutkan bahwa akhirnya Indonesia berhasil menempati urutan keempat dengan raihan sebanyak 31 medali emas, 24 perak, dan 43 perunggu, sehingga total medali yang didapat Indonesia sebanyak 98 medali. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk kedalam 5 besar perolehan medali.  Negara-negara Asia Tenggara lain seperti Thailand berada diperingkat 12, Malaysia peringkat 14, Vietnam peringkat 17, Singapura peringkat 18, Filipina peringkat 19, Kamboja peringkat 24, dan Laos peringkat 31.   Torehan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya mempunyai kesempatan besar untuk bersaing dengan negara-negara lain. Tidak hanya dalam olah raga saja, melainkan juga dalam sektor ekonomi, pendidikan, politik, dsb. Asalkan, semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat benar-benar serius memajukan Indonesia.
                Satu momen yang menurut beberapa orang seperti keajaiban dunia ialah saat Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Joko Widodo berpelukan bersama memeluk Hanifan Yudani Kusumah setelah atlet tersebut berhasil meraih medali emas dalam cabang olah raga pencak silat. Hanifan yang berasal dari Bandung tak hanya berhasil meraih medali emas, namun juga berhasil mendinginkan suasana politik Indonesia. Dia menunjukkan kepada publik bahwa diantara Bapak Prabowo dan Bapak Joko Widodo tidak ada perseteruan apapun. Konstelasi politik pada pilpres 2019 berjalan dengan normal dan damai, walau mereka berbeda dalam haluan politik setidaknya mereka menunjukkan kepada khalayak bahwa mereka bersaing dalam persabatan. Masyarakat tak perlu saling curiga apalagi terlibat adu fisik yang tentunya bisa menimbulkan kerugian bagi semua pihak.
Image result for jokowi prabowo berpelukan asian games 2018
                Sungguh pemandangan yang luar biasa melihat para atlet Indonesia bermain demi mengharumkan negara mereka. Dari berbagai macam cabang olah raga yang mendapat medali emas, perak, dan perunggu, saya ucapkan selamat dan terus berikan yang terbaik untuk Indonesia. Bagi para atlet yang belum mendapatkan medali, teruslah berlatih dan berjuang, kesempatan masih panjang. Jadikan pengalaman bermain di Asian Games ini sebagai batu loncatan untuk terus bisa berkarya.
                Akhir kata, dengan berakhirnya Asian Games 2018 ini, mari bersama-sama kita mewujudkan Indonesia berkemajuan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, sekaligus kita tunjukkan bahwa dengannya Indonesia bisa santun, arif, dan toleran dalam bernegara serta berbangsa.