Prolog Cinta
Cinta, 1 kata namun berjuta rasa dan penuh warna. Siapa yang tak
kenal cinta? Pertanyaan bodoh ini tak perlu dijawab. Tuhan menciptakan manusia
tentunya dengan cinta. Jika Tuhan tak cinta dengan manusia, tentunya Dia tak akan
menciptakan manusia, Dia akan hidup sendiri menikmati singgasana-Nya tanpa
perlu sibuk berimajinasi memikirkan
bagaimana cara menciptakan manusia.
Bagi manusia,
cinta itu buta dan bisa membunuh logika sehingga tumbuhlah rasa yang menyeruak
di dalam dada. Tiap orang yang sedang dirundung cinta akan memprioritaskan rasa
ketimbang logika, mengutamakan khayalan dari pada pikiran, menyederhanakan
masalah ketika terjadi kesalah parah.
Masih menurut
manusia, dengan cinta sesuatu yang statis bisa berubah menjadi dinamis. Apakah
kamu percaya? Sudah percaya saja. Cinta dapat merubah bau busuk menjadi bau
wangi. Merubah buruk menjadi baik. Merubah lawan menjadi kawan. Merubah hewan
menjadi Tuhan. Merubah jahat menjadi malaikat. Merubah Idealis menjadi
realistis. Amat dahsyat kekuatan dari cinta. Hanya manusia beruntung yang dapat
merasakan cinta. Dia dapat mengarungi indahnya samudra kasih sayang. Menyelami
indahnya perbedaan tanpa harus menyamakan bahkan memaksakan sesuatu yang tak
bisa disamakan. Sehebat itukah kekuatan cinta? Ya, cinta tak perlu ditanyakan
dan tak perlu didebat. Hanya satu yang perlu dilakukan oleh manusia terhadap
cinta, MERASA dan PERCAYA.
Bukti nyata bahwa
cinta tak perlu ditanya dan didebat, sudah satu abad lamanya para filosof gagal
mengartikan apa yang dimaksud dengan cinta. Sejak zaman Socrates sampai dengan
Gibran tak pernah final dan bersepakat dalam mengartikan makna cinta. Berkat
mereka, arti cinta tak pernah mutlak dan selalu relatif. Siapa yang memutlakkan
arti cinta, dia adalah makhluk penuh dosa yang akan ditempatkan di neraka bukan
di surga.
“Wahai Tuhan,
berkatilah kami dengan cinta. Tanpa cinta manusia tidak lagi mulia dimata
manusia, dia akan terlihat hina. Dia akan fana dalam godaan dan bisikan dunia.
Tanpa cinta, manusia akan dirundung
derita dan nestapa. Berkaitilah kami dengan cinta-Mu. Cinta yang bisa
memberikan ketenangan dan ketentraman di dalam jiwa, bukan cinta yang
memberikan rasa hampa dan membuat manusia binasa.”