Selamat Milad Muhammadiyah
112 tahun Muhammadiyah telah mengambil peran guna memajukan permasalahan pendidikan, kesehatan, dan permasalahan lain yang ada di bumi pertiwi ini. Banyaknya ucapan selamat dari para warga dan simpatisan Muhammadiyah saat Milad kemarin, tentunya menaruh harapan bagi masyarakat secara umum agar Muhammadiyah senantiasa memberi perubahan positif bagi kemanusiaan, keagamaan, dan sosial.
Terlahir di sebuah lingkungan yang kental dengan cara pandang ber-Muhammadiyah (Muhammadiyah minded), penulis tidak lantas tahu tentang seluk-beluk Muhammadiyah secara utuh. Perlu waktu bertahun-tahun untuk mengetahui Muhammadiyah melalui berbagai media cetak maupun online, juga melalui forum-forum diskusi.
Tidak berhenti di sana, bahkan penulis pernah belajar di sekolah Muhammadiyah selama 6 tahun, dari jenjang Tsanawiyah sampai dengan Aliyah. Sampai sekarang penulis juga hidup di tengah-tengah warga Muhammadiyah. Kesemua hal itu tak lantas membuat penulis semakin piawai dalam ber-Muhammadiyah baik dalam segi organisasi, maupun dalam bidang lain.
Banyak hal yang belum penulis ketahui. Proses mencari tahu tentang Muhammadiyah terus berlanjut karena apa yang penulis dapat belum tentu sesuai dengan cita-cita K.H.A Dahlan sebagai pendirinya, namun proses itu terus berjalan. Setidaknya saat ini, penulis berani menyampaikan kekaguman melalui sebuah tulisan pendek berdasarkan apa yang pernah dialami oleh penulis sendiri.
Setidaknya ada dua hal yang disorot penulis sebagai orang awam. Pertama, terkait amal usaha Muhammadiyah dan kedua, organisasi sosial dengan manajemen profesional.
Amal Usaha Muhammadiyah
Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah pernah merilis aset yang dimiliki persyarikatan. Amal usaha pendidikan jumlahnya 3.370 TK, 2.901 SD/MI, 1.761 SMP/MTs, 941 SMA/MA/SMK, 67 pondok pesantren, 167 perguruan tinggi.
Amal usaha kesehatan tercatat sebanyak 47 rumah sakit, 217 poliklinik, 82 klinis bersalin. Sedangkan amal usaha ekonomi ada 1 bank syariah (saham Muhammadiyah 2,5%), 26 BPR/BPRS dan 275 BMT/BTM, 1 Induk Koperasi BTM, 81 Koperasi Syariah, 22 minimart dan 5 kedai pesisir.
Amal usaha pelayanan sosial memiliki lebih 400 panti asuhan, rumah singgah. Data lain menyebut secara rinci 318 panti asuhan, 54 panti jompo, dan 82 rehabilitasi cacat. Tentunya dengan demikian, aset yang dimiliki Muhammadiyah terhitung sangat besar, jumlahnya ratusan triliun jika dirupiahkan.
Sebagai orang yang masih awam dengan Muhammadiyah, penulis yakin bahwa semua itu dicapai dengan kerja keras dalam waktu lama. Tak hanya bermodalkan materi semata, namun di balik semua itu ada sebuah keyakinan bahwa semua perjuangan yang dilakukan demi kepentingan agama dan negara.
Menurut Dahnil Azhar Simanjutak mantan Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Periode 2014-2018, Muhammadiyah bisa mempunyai amal usaha yang begitu banyak karena menanamkan spirit Ruhul Jihad dan Ruhul Ikhlas. Jika bukan karena keduanya, tentu sangat mustahil Muhammadiyah menjadi besar seperti sekarang ini.
Selain itu, jauh-jauh hari K.H Ahmad Dahlan telah berpesan:
“Hidup-hidupilah Muhammadiyah, dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”
Modal ikhlas tanpa pamrih dari para pengurus organisasi, anggota, serta warga Muhammadiyah secara umum menjadi pijakan agar terus menjalankan amal usaha demi tercapainya perubahan-perubahan sosial dalam lingkup nasional, maupun global.
Muhammadiyah tidak kehilangan sinar meski umurnya selalu bertambah. Hal itu tampak nyata ketikan gagasan-gagasan tentang Islam Berkemajuan selaras dengan semangat Islam Wasatiyah-Islam Ramah-Islam Rahmatan Lil ‘Alamin terus digaungkan dengan hadirnya agenda-agenda, lalu diwujudkan berupa amal usaha yang siap diisuguhkan kepada masyarakat umum.
Pendek kata sebagai organisasi Islam, agenda-agenda Muhammadiyah berupa amal usaha tidak selalu monoton berisi kajian-akajian keagamaan, melainkan juga agenda-agenda kekinian yang dapat bersinergi dengan pemerintah maupun organisasi lain dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di Indonesia.
Organiasi Sosial dengan Manajemen Profesional
Kekaguman yang penulis rasakan pada Muhammadiyah ialah, meski hanya organisasi Islam non profit, namun tetap dikelola secara profesional. Berbagai macam administrasi dan dokumentasi baik primer, serta sekunder tersimpan dengan rapi.
Begitu pula dengan transparansi dana umat, tentunya bagi Muhammadiyah tak asing dengan kata pembukuan dan laporan pertanggungjawabaan sebagai bentuk keseriusannya dalam mengakomodir berbagai antusias masyarakat yang tinggi dalam bentuk materi.
Jika tidak demikian, tentu antusias masyarakat dalam bentuk materi berupa wakaf, hibah, dan pemberian lain tidak akan tinggi. Hal ini penting dilakukan agar segala bantuan dari masyarakat umum tidak disalah gunakan untuk kepentingan pribadi.
Kepercayaan masyarakat terhadap Muhammadiyah begitu tinggi, maka tidak mengherankan jika berbagai macam bentuk wakaf, hibah dan bentuk lain terus-menerus berdatangan dari umat dengan berbagai cara, tentunya macam-macam bantuan didapat dengan cara yang tidak disangka-sangka, dalam terminologi agama Islam dikenal dengan Min Khaytsu Laa Yahtasib.
Bagaimana tidak, bantuan berupa wakaf ternyata tidak hanya berasal dari warga atau simpatisan Muhammadiyah saja, tetapi juga berasal dari orang-orang di luar Muhammadiyah, seperti yang terjadi di Kabupaten Demak.
Berdasarkan berita yang dilansir pwmjateng.com, pernah seorang sesepuh NU yang bernama Sugiyarto dan Sunaryo mewakafkan tanahnya sebesar seluas 1 hektar ke Muhammadiyah. Di atas tanah tersebut, saat ini sedang dibangun RSU Hj. Fatimah Sulhah PKU Muhammadiyah Demak yang kelak akan menjadi salah satu fasilitas kesehatan untuk memenuhi hajat orang-orang di sana.
Adanya berita tersebut menjadi isyarat nyata bahwa minat dan antusias masyarakat untuk mendermakan harta melalui Muhammadiyah begitu tinggi. Setidaknya, peristiwa di atas memberikan pemahaman kepada warga Muhammadiyah bahwa sebuah usaha yang dibangun dengan dasar profesionalitas akan memberikan dampak positif dan kejutan-kejutan tak terduga di masa mendatang. Ini adalah sebuah prestasi, wajib hukumnya untuk dijaga.
Harapan Untuk Muhammadiyah Kedepan
Kedepannya tentu Muhammadiyah masih membuka dan ada pula bantuan dari masyarakat umum yang diberikan kepadanya. Tentu, para warga Muhammadiyah harus mampu mempertahankan dan meningkatkan profesionalitas, baik dalam mengelola, mendirikan maupun menjalankan amal usaha.
Berbagai macam peristiwa positif yang dialami Muhammadiyah harus dijadikan motivasi bagi warganya untuk senantiasa istiqamah menjalankan amanat umat. Terlebih di usianya yang tak lagi tua, Muhammadiyah harus mampu menunjukkan eksistensinya di kancah nasional maupun global, hal itu tak lain dan tak bukan adalah tugas warga Muhammadiyah secara umum.
Terakhir, sebagai orang awam, penulis berharap bahwa Muhammadiyah akan terus hadir dengan terus memberikan solusi jitu atas setiap persoalan yang menimpa negeri ini, meski tantangan dari zaman ke zaman terus-menerus ada, tentu tak menyurutkan langkah Muhammadiyah dalam rangka berjihad di jalan Allah. Wallahu a’lam.